Andragogi dalam Perspektif Al-Quran

Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu sebagai salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap Muslim. Rasulullah SAW menegaskan bahwa: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan." Hadis ini menjadi landasan bahwa pendidikan tidak dibatasi oleh gender atau usia. Dalam perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW, terdapat banyak sahabat dewasa yang menuntut ilmu. Implementasi pendidikan bukan hanya bernilai ibadah dan mendapatkan pahala besar di sisi Allah, tetapi juga merupakan salah satu perintah yang agung dan mulia (QS. An-Nisa': 162). Pendidikan juga dapat meningkatkan kedudukan orang yang berpengetahuan dan menciptakan peradaban masyarakat yang maju.
Untuk mencapai misi pendidikan Islam, kegiatan pendidikan harus mewujudkan internalisasi nilai-nilai keislaman yang mencakup aspek duniawi dan ukhrawi. Al-Qur'an menetapkan dua dimensi sebagai dasar rujukan yang menentukan arah dan tujuan pendidikan. Sebagai pedoman ajaran Islam, Al-Qur'an meletakkan dasar-dasar pendidikan untuk dijadikan sebagai pedoman dan kajian bagi para pendidik, pengelola institusi pendidikan, dan pemerhati pendidikan dalam konteks pengembangan konsep dan implementasi nilai-nilai Qur'ani dalam proses pendidikan. Kedudukan Al-Qur'an sebagai sumber utama dalam pelaksanaan pendidikan tidak dapat dipungkiri, karena hampir dua pertiga dari ayat Al-Qur'an mengandung motivasi pendidikan bagi umat manusia.
Berdasarkan fakta sejarah, ayat pertama Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah untuk membaca, yang sangat erat hubungannya dengan dasar pembentukan diri melalui proses pendidikan. Nabi Muhammad SAW adalah individu pertama yang dibimbing oleh Allah SWT melalui pendidikan untuk dipersiapkan sebagai seorang Rasul. Hal ini tercermin dalam wahyu pertama yang termaktub dalam QS. Al-Alaq: 1-5.
ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلْإِنسَـٰنَ مِنْ عَلَقٍ ٢ ٥ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ ٣ ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلْإِنسَـٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang menciptakan, 2). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3). Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Pemurah, 4). Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. 5). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Qs. Al-Alaq: 1-5).
Berikut adalah parafrase dan ringkasan dari teks yang diberikan:
Al-Qur’an menawarkan motivasi bagi orang dewasa untuk mengenali potensi diri mereka, menolak pandangan Andragogi Edward Lindeman yang menyatakan bahwa orang dewasa termotivasi oleh kebutuhan pengakuan. Al-Qur'an menekankan bahwa niat menuntut ilmu harus karena Allah SWT (QS. Al-Alaq: 96). Dalam beberapa kasus, kemandirian belajar diwujudkan melalui pengorbanan harta dan jihad dalam menuntut ilmu, termasuk mengorbankan diri demi mencari keridhaan Allah SWT. Selain itu, kemandirian dan kesiapan belajar juga dimotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan iman dan pengetahuan.
Konsep kemandirian belajar orang dewasa dalam Al-Qur’an mengkritik pandangan Andragogi Barat yang dikemukakan oleh Knowles, yang menyatakan bahwa orang dewasa perlu mengetahui tujuan sebelum belajar. Salah satu tujuan pendidikan orang dewasa adalah pendidikan sepanjang hayat untuk merealisasikan ketaatan kepada perintah Allah SWT, diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga mencapai kesuksesan di dunia dan akhirat (QS. Al-Baqarah: 133).
Saat ini, pendidikan menjadi syarat utama untuk berbagai profesi. Ini mendorong orang untuk melanjutkan atau menambah pendidikan guna mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Pendidikan memerlukan metode yang sesuai dengan karakter dan tingkat pemahaman individu. Tantangan pendidikan andragogi saat ini adalah kemajuan sains dan teknologi yang pesat, yang dapat mengikis etika, estetika, dan keterampilan yang tertanam dalam andragogi jika tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Andragogi harus diberi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kompetensinya.
Andragogi adalah salah satu konsep proses belajar mengajar untuk orang dewasa yang telah diorganisasikan dan dirumuskan secara sistematis sejak tahun 1920. Pendidikan orang dewasa terlihat dari keinginan siswa untuk bertanya selama pembelajaran dan mendapatkan pendidikan praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kematangan manusia berkembang seiring usia, kedewasaan psikologis, dan peran sosial. Menurut Hurlock (1968), status dewasa atau masa dewasa dimulai pada usia 21 tahun, serta awal masa dewasa seringkali dimulai sekitar 1 hingga 8 tahun setelah mencapai kematangan seksual atau akil baligh. Pendekatan berdasarkan usia ini diterapkan oleh ahli hukum, menyebabkan perbedaan pelaksanaan hukum terhadap pelanggar.
Pendidikan perspektif Al-Qur’an menunjukkan bahwa manusia memiliki benih atau potensi yang siap dikembangkan, dan potensi ini bisa terhambat atau mati jika tidak dikembangkan. Pendapat ini bertentangan dengan pandangan bahwa manusia adalah seperti kertas putih yang menerima tulisan dari luar tanpa mempersoalkannya. Al-Qur’an memberikan tuntunan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk aqidah, ibadah, moral, undang-undang, masyarakat sosial, kesehatan, dan dasar pendidikan. Dalam bidang pendidikan, Al-Qur'an tidak hanya meletakkan asas-asas pendidikan pedagogi, tetapi juga memuat prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam pendidikan andragogi.
Qur’an Surah Al-Alaq: 1-5 adalah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril AS kepada Nabi Muhammad SAW saat beliau berusia 40 tahun. Wahyu ini menegaskan keabsahan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah SWT. Usia 40 tahun dianggap sebagai fase kematangan dalam menyampaikan risalah dakwah serta kesiapan untuk memimpin umat dan menerima pembelajaran berkelanjutan dari Allah SWT melalui wahyu. Dari penurunan wahyu ini, dapat ditarik beberapa konsep tentang kesiapan belajar andragogi yang tercantum dalam Qur’an Surah Al-Alaq: 1-5 meliputi:
- Kesiapan menerima pembelajaran baru: Keadaan kesiapan ini dapat dicapai dengan memberikan orientasi yang utama.
- Materi pembelajaran yang terpantau: Bahan pembelajaran dipantau dan disajikan secara substansial untuk mendukung pembelajaran andragogi dalam kajian selanjutnya.
- Persiapan lanjutan dan praktik: Persiapan pembelajaran berikutnya dilihat dari keinginan untuk mempraktikkan materi yang telah dipelajari sebelumnya.
- Keyakinan dalam menuntut ilmu: Kondisi andragogi didukung dengan keyakinan bahwa menuntut ilmu karena Allah SWT.
- Pengembangan melalui pengulangan: Pengembangan ilmu pengetahuan didasari dengan pengulangan pelajaran. Mempelajari persiapan ini menumbuhkan tekad dan keinginan untuk mengembangkan dan memperdalam pembelajaran melalui revisi kegiatan.
- Keterampilan menulis mendukung pembelajaran maksimal: Pembelajaran yang optimal didukung oleh keterampilan menulis.