Hadits Puasa Wajib di Bulan Ramadhan: Landasan Syariat dan Spiritualitas Umat Islam

Puasa Ramadhan merupakan salah satu ibadah yang menempati posisi istimewa dalam ajaran Islam. Selain menjadi rukun Islam keempat, ibadah ini memiliki dimensi spiritual, sosial, dan moral yang mendalam. Landasan kewajiban puasa tidak hanya termaktub dalam Al-Qur’an, tetapi juga ditegaskan melalui hadits-hadits Rasulullah ﷺ yang memberikan penjelasan rinci tentang hikmah dan tata cara pelaksanaannya.
Salah satu hadits utama yang menjadi pijakan kewajiban puasa adalah sabda Rasulullah ﷺ:
"Bunyial Islamu ‘ala khamsin: syahaadati an laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan rasulullah, wa iqaamis shalaati, wa iitaa’iz zakaati, wa hajjil baiti, wa shaumi Ramadhan."
(HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menegaskan bahwa puasa Ramadhan adalah bagian dari pondasi utama agama, sejajar dengan syahadat, shalat, zakat, dan haji.
Selain itu, hadits riwayat Bukhari dan Muslim lainnya menyebutkan:
"Man shaama Ramadhana imaanan wahtisaaban ghufira lahu maa taqaddama min dzambih."
Artinya, barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. Pesan dari hadits ini menekankan dimensi spiritual puasa, bahwa ibadah ini bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mengasah kesabaran, keikhlasan, dan ketundukan kepada Allah.
Kewajiban puasa ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah [2]: 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Ayat ini menunjukkan tujuan utama dari ibadah puasa, yakni membentuk pribadi yang bertakwa. Nilai takwa inilah yang menjadi standar kemuliaan seorang hamba di hadapan Allah, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Hujurat [49]: 13.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١
Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.
Dari sisi sosial, puasa Ramadhan juga mengajarkan empati terhadap sesama. Menahan lapar dan haus membuat seorang muslim merasakan penderitaan orang miskin, sehingga mendorongnya untuk lebih dermawan. Rasulullah ﷺ sendiri dikenal sebagai orang yang sangat dermawan, dan kedermawanannya meningkat tajam pada bulan Ramadhan (HR. Bukhari). Hal ini menjadi pelajaran bahwa ibadah puasa harus diiringi dengan kepedulian sosial.
Dengan demikian, hadits-hadits puasa wajib di bulan Ramadhan bukan hanya memberikan panduan hukum, tetapi juga membentuk paradigma ibadah yang utuh: menyeimbangkan hubungan vertikal dengan Allah dan hubungan horizontal dengan sesama manusia. Jika dilaksanakan dengan benar, puasa Ramadhan akan melahirkan pribadi muslim yang bersih secara spiritual, peka secara sosial, dan kuat dalam menghadapi tantangan hidup.