Integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan: Perspektif Islam terhadap Perkembangan Ipteks

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (ipteks) merupakan keniscayaan dalam kehidupan manusia modern. Islam sebagai agama yang sempurna tidak menolak hadirnya ipteks, melainkan mendorong umatnya untuk menggali, mengembangkan, dan memanfaatkannya demi kemaslahatan bersama. Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-‘Alaq [96]:1-2,
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚi
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” Ayat ini memberikan dasar epistemologis bahwa pencarian ilmu merupakan bagian dari ibadah dan perintah langsung dari Allah SWT.
Integrasi antara iman dan ipteks menjadi prinsip utama dalam pandangan Islam. Kemajuan teknologi yang dilepaskan dari nilai iman dan etika dapat melahirkan kerusakan. Sebaliknya, jika ilmu pengetahuan dibingkai oleh nilai-nilai Qur’ani, maka ipteks dapat menjadi sarana terciptanya rahmat bagi seluruh alam. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah [2]:269,
يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ
“Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa dianugerahi hikmah, maka sungguh ia telah diberi karunia yang banyak.” Dengan demikian, ilmu yang terintegrasi dengan iman merupakan karunia agung yang mampu membawa umat menuju peradaban yang beradab.
Sejarah Islam mencatat kejayaan peradaban ketika ulama dan ilmuwan Muslim menjadikan iman sebagai landasan ipteks. Tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dan Al-Biruni berhasil melahirkan karya monumental dalam bidang kedokteran, matematika, dan astronomi, yang hingga kini masih menjadi rujukan dunia. Semangat ini sejalan dengan QS. Yunus [10]:101,
قُلِ انْظُرُوْا مَاذَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَمَا تُغْنِى الْاٰيٰتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُوْنَ
“Katakanlah: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.” Ayat ini menegaskan pentingnya penelitian, observasi, dan kajian ilmiah sebagai sarana memahami tanda-tanda kekuasaan Allah.
Dalam konteks kekinian, umat Islam dituntut untuk membangun paradigma ipteks yang selaras dengan nilai-nilai Al-Qur’an. Perguruan tinggi Islam, lembaga riset, dan pesantren memiliki peran strategis dalam mewujudkan inovasi yang berbasis iman dan etika. Bidang-bidang strategis seperti bioteknologi, teknologi informasi, dan kecerdasan buatan dapat dikembangkan dengan prinsip menjaga keseimbangan, kemaslahatan, serta keberlanjutan. Integrasi ini tidak hanya relevan secara akademis, tetapi juga menjadi kontribusi nyata Islam terhadap tantangan global.
Akhirnya, Islam memandang ipteks bukan semata instrumen material, melainkan juga jalan menuju kemuliaan. Firman Allah dalam QS. Al-Mujadilah [58]:11 menegaskan,
رْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Integrasi iman dan ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam menjadi fondasi bagi lahirnya peradaban unggul yang mampu mengarahkan perkembangan ipteks kepada kemaslahatan, keadilan, dan keberkahan bagi seluruh umat manusia.