Isra’ Mi’raj: Antara Mukjizat dan IPTEKS


Isra’ Mi’raj merupakan salah satu peristiwa agung dalam sejarah Islam yang dialami Nabi Muhammad ﷺ. Peristiwa ini tidak hanya menjadi bukti kebesaran Allah SWT melalui mukjizat yang melampaui logika manusia pada zamannya, tetapi juga mengandung pelajaran mendalam terkait pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEKS) di masa kini. Dalam peristiwa tersebut, Rasulullah ﷺ melakukan perjalanan malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha (Isra’), lalu naik ke Sidratul Muntaha (Mi’raj) hanya dalam waktu singkat, yang secara ilmiah sangat sulit dijelaskan dengan teknologi pada era itu.

Dari sudut pandang iman, Isra’ Mi’raj adalah mukjizat yang tidak memerlukan pembuktian empiris untuk diyakini kebenarannya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Isra’ ayat 1,

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا  "Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam...". Mukjizat ini menjadi bukti otentik kekuasaan Allah yang mampu melampaui batasan ruang dan waktu. Bagi umat Islam, peristiwa ini menegaskan bahwa akal manusia memiliki keterbatasan, dan iman menjadi kunci memahami kebenaran ilahiah.

Di sisi lain, perkembangan IPTEKS modern justru membuka ruang refleksi terhadap peristiwa Isra’ Mi’raj. Konsep perjalanan super cepat, seperti teknologi kecepatan cahaya, wormhole, dan teori relativitas waktu ala Einstein, memberi gambaran bahwa secara sains, perpindahan jarak jauh dalam waktu singkat mungkin saja terjadi, meskipun belum sepenuhnya terwujud dalam realitas manusia. Hal ini menunjukkan bahwa mukjizat yang dahulu dianggap mustahil, kini mulai mendapatkan analogi konseptual melalui kemajuan ilmu.

Isra’ Mi’raj mengajarkan bahwa antara iman dan ilmu bukanlah dua hal yang saling bertentangan. Mukjizat menginspirasi umat untuk menggali ilmu pengetahuan, sementara ilmu pengetahuan dapat memperluas wawasan iman. Pendekatan ini sejalan dengan semangat Islam yang memuliakan pencarian ilmu, sebagaimana sabda Nabi ﷺ, "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim". Dengan integrasi ini, umat Islam dapat memanfaatkan IPTEKS untuk kemaslahatan umat tanpa meninggalkan nilai spiritual.

Dalam konteks peradaban modern, Isra’ Mi’raj dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan teknologi transportasi, komunikasi, dan eksplorasi luar angkasa. Semangat menjelajah yang tercermin dalam peristiwa tersebut dapat memotivasi umat Islam untuk aktif dalam riset dan inovasi, bukan sekadar menjadi pengguna teknologi. Dengan demikian, mukjizat Isra’ Mi’raj tidak hanya menjadi peristiwa sejarah yang dikenang, tetapi juga sumber inspirasi bagi kemajuan IPTEKS yang berlandaskan nilai-nilai Islam.

Isra’ Mi’raj adalah jembatan antara keimanan dan pengetahuan, antara mukjizat dan potensi IPTEKS. Umat Islam perlu memahami bahwa kemajuan teknologi bukanlah ancaman bagi iman, melainkan sarana untuk semakin mengenal kebesaran Allah SWT. Dengan memadukan semangat keilmuan dan ketakwaan, umat dapat membangun peradaban yang maju, mandiri, dan bermartabat di tengah kompetisi global.