Kajian Profetik: Meneladani sifat Sidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah

Konsep "Fathonah, Amanah, Sidik, dan Tablig" menjadi pilar penting dalam pendidikan karakter di sekolah. Nilai-nilai ini mencakup kecerdasan mendalam, integritas, kejujuran, dan kemampuan menyampaikan pesan, yang merupakan landasan kokoh dalam membentuk siswa yang unggul dalam pemahaman dan prestasi, serta berkarakter positif yang berdampak pada masyarakat. Pendidikan karakter telah lama menjadi fokus utama dalam sistem pendidikan. Di tengah perubahan dunia yang semakin cepat, nilai-nilai moral dan etika menjadi landasan penting dalam membentuk generasi berkualitas dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, dalam upaya membentuk siswa yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga berakhlak mulia, pendidikan karakter sangat diperlukan.
Rasulullah saw. memiliki sifat dan akhlak mulia yang patut dijadikan teladan bagi generasi muda masa kini. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis yang berbunyi: "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah saw. itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah Swt. dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah."
Selain itu, kita mengetahui bahwa ada empat sifat baik yang dimiliki Nabi, yaitu: sidik, amanah, fathonah, dan tablig. Sidik berarti jujur, amanah berarti dapat dipercaya, fathonah berarti cerdas, dan tablig berarti menyampaikan.
Sifat pertama adalah sidik. Sidik artinya jujur dan berkata benar. Hal ini terdapat dalam dalil Al-Qur’an sebagai berikut:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍۢ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَـٰلَةٍۢ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَـٰدِمِينَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu" (Q.S. Al-Hujurat: 6).
Ayat tersebut mengingatkan kita bahwa di era informasi yang serba cepat ini, kita harus selektif terhadap informasi yang diterima dan memverifikasinya sebelum membagikannya. Jangan terburu-buru menyebarkan informasi yang belum diuji kebenarannya, karena bisa jadi informasi tersebut adalah kebohongan.
Sifat kedua adalah amanah, yang berarti dapat dipercaya. Dalam sebuah hadis, Nabi bersabda: "Tidaklah sempurna iman seseorang yang tidak menjaga amanah" (H.R. Ahmad). Contoh sederhana adalah, sebagai mahasiswa, kita harus memanfaatkan kesempatan yang ada dengan sebaik mungkin dan tidak terjebak dalam euforia kehidupan kampus yang salah.
Sifat ketiga adalah fathonah, yang berarti cerdas. Menjadi pandai dalam urusan duniawi sangat dianjurkan, karena kehidupan memerlukan harta. Namun, seorang muslim yang cerdas tidak hanya memiliki banyak harta, tetapi juga banyak mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Dalam sebuah hadis, Nabi bersabda: "Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Merekalah yang paling cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan di dunia dan kehormatan di akhirat" (H.R. At-Tirmidzi). Semoga kita termasuk umat Nabi yang cerdas dan banyak mempersiapkan amal saleh untuk kehidupan setelah kematian.
Sifat keempat adalah tablig, yang berarti menyampaikan. Dalam konteks ini, menyampaikan berarti memberikan pemahaman tentang kebaikan kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan perintah Nabi dalam H.R. Ahmad yang artinya: "Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka ia akan mendapatkan ganjaran pahala sebagaimana orang yang melakukan kebaikan itu."
Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan sesuai dengan syariat Allah Swt.