Kepribadian Muhammadiyah dalam Amal Usaha


Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah telah menegaskan kepribadiannya melalui amal usaha yang tersebar di berbagai bidang kehidupan. Kepribadian ini bukan sekadar identitas organisasi, tetapi merupakan manifestasi nyata dari dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang diwujudkan dalam bentuk pendidikan, kesehatan, sosial, dan pelayanan umat. Dengan menjadikan tauhid, ikhlas, dan profesionalitas sebagai fondasi, Muhammadiyah menghadirkan amal usaha yang tidak hanya bermanfaat bagi warga persyarikatan, tetapi juga bagi seluruh masyarakat tanpa memandang perbedaan.

  1. Asas Tauhid dalam AUM
    Kepribadian Muhammadiyah didasarkan pada tauhid sebagai fondasi segala amal usahanya. Tauhid menjadi roh yang menjiwai pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial Muhammadiyah, sehingga semua bentuk amal usaha merupakan wujud penghambaan kepada Allah semata. Allah ﷻ menegaskan:
    وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
    “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah [98]: 5)

  2. Amal Ikhlas dan Profesional
    Muhammadiyah memadukan etos amal yang ikhlas dengan profesionalitas dalam AUM. Segala bentuk amal usaha ditujukan semata-mata untuk mencari ridha Allah, namun tetap dijalankan dengan tata kelola modern. Rasulullah ﷺ bersabda:
    إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
    “Sesungguhnya setiap amal tergantung niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari-Muslim)

  3. Karakter Inklusif dalam Amal Usaha
    Amal usaha Muhammadiyah sejak masa awal berdirinya bersifat inklusif, terbuka untuk siapa saja tanpa membedakan latar belakang agama maupun sosial. Hal ini sejalan dengan misi Islam sebagai rahmat bagi semesta. Inklusivitas Muhammadiyah merupakan bentuk nyata dari perintah Allah ﷻ dalam berdakwah dengan penuh ketulusan:
    وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ
    “Dan apa saja kebaikan yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu mendapat balasannya di sisi Allah.” (QS. Al-Baqarah [2]: 110)

  4. Kejujuran dan Meritokrasi
    Kepribadian Muhammadiyah menekankan kejujuran dan amanah dalam mengelola AUM. Kepemimpinan tidak didasarkan pada kedekatan personal, melainkan pada integritas dan kompetensi. Allah ﷻ berfirman:
    إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا
    “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…” (QS. An-Nisā’ [4]: 58).
    Rasulullah ﷺ juga bersabda:
    إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
    “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)

  5. Kreatif Mengisi Kekosongan Sosial
    Muhammadiyah berkepribadian responsif terhadap kebutuhan masyarakat, khususnya di wilayah yang kurang terlayani. Rumah sakit, sekolah, dan panti asuhan Muhammadiyah berdiri sebagai jawaban atas kekosongan sosial. Prinsip ini sesuai dengan sabda Nabi ﷺ:
    اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
    “Jagalah diri kalian dari api neraka meskipun hanya dengan (bersedekah) separuh butir kurma.” (HR. Bukhari-Muslim)

  6. Karakter Khas yang Melekat
    Amal usaha Muhammadiyah bukan sekadar institusi formal, melainkan ekspresi dari identitas dan karakter khas organisasi. AUM hadir sebagai perwujudan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi. Ini menjadi implementasi dari perintah Allah ﷻ untuk menebar kebaikan:
    وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
    “Dan berbuatlah kebaikan supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Hajj [22]: 77)

  7. Sinergi dan Ta’awun Internal
    AUM dikembangkan dengan prinsip ta’awun (tolong-menolong) antar lembaga Muhammadiyah. Perguruan tinggi Muhammadiyah, sekolah, rumah sakit, dan lembaga zakat saling menopang satu sama lain. Hal ini sejalan dengan firman Allah ﷻ:
    وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
    “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Māidah [5]: 2)

  8. Semangat Amal dari QS Al-Hadid
    Spirit berinfak dan berkorban dalam mengembangkan AUM bersumber dari ajaran Al-Qur’an. Allah ﷻ berfirman:
    مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ
    “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang mulia.” (QS. Al-Ḥadīd [57]: 11)

  9. Tauhid sebagai Jiwa Organisasi yang Kokoh
    Kepribadian Muhammadiyah tidak akan kokoh tanpa tauhid yang mendasarinya. Seluruh amal usaha—baik pendidikan, kesehatan, maupun sosial—dimaknai sebagai ibadah dan pengabdian total kepada Allah. Dengan demikian, setiap langkah Muhammadiyah dalam mengelola AUM merupakan implementasi dari firman Allah ﷻ:
    قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
    “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An‘ām [6]: 162)

  10. Ikhlas sebagai Dasar Pembeda Amal
    Amal usaha Muhammadiyah dibangun di atas dasar ikhlas. Ikhlaslah yang membedakan amal bermakna dengan amal yang sia-sia. Rasulullah ﷺ bersabda:
    إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ مِنْ الْعَبْدِ إِذَا عَمِلَ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
    “Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba, apabila ia mengerjakan suatu pekerjaan maka ia menyempurnakannya.” (HR. al-Bayhaqi)
    Dengan keikhlasan dan kesungguhan inilah Muhammadiyah terus mengembangkan ribuan amal usaha yang menjadi rahmat dan manfaat bagi umat dan bangsa.

Dengan demikian, kepribadian Muhammadiyah yang berlandaskan tauhid, ikhlas, amanah, dan profesionalitas telah menjadikan amal usaha bukan sekadar lembaga sosial, melainkan sarana dakwah yang hidup dan berdaya guna. Melalui pendidikan, kesehatan, dan pelayanan masyarakat, Muhammadiyah terus menghadirkan Islam yang mencerahkan (Islam berkemajuan) serta menjadi rahmat bagi semesta. Inilah wujud nyata dari cita-cita Muhammadiyah untuk membangun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah ﷺ.