UM Metro bersama LPTQ AMM Yogyakarta Dorong Revitalisasi Dakwah Qur’ani Lewat Metode Iqra’
Yogyakarta, 22 Juli 2025 — Gerakan dakwah Al-Qur’an di era modern menuntut pendekatan yang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga menyentuh dimensi spiritual, sosial, dan edukatif masyarakat. Hal ini ditegaskan oleh Ketua Tim Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) AMM Yogyakarta, Ustadz Roihan Afandi, S.I.P., dalam sambutannya pada kegiatan Academic Benchmarking Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah (UM) Metro di Gedung Dakwah AMM Yogyakarta.
Dalam paparannya, Ustadz Roihan menekankan bahwa revitalisasi dakwah Al-Qur’an bukan sekadar renovasi bangunan atau pengadaan fasilitas keagamaan, melainkan menyentuh aspek komunitas, ruang dakwah, dan paradigma berpikir masyarakat terhadap pentingnya literasi Qur’ani.
“Revitalisasi lebih dari sekadar perbaikan fisik. Ini adalah proses transformasi menyeluruh—mencakup ruang dakwah, komunitas pembelajar, hingga cara pandang masyarakat terhadap Al-Qur’an,” ujarnya tegas.
Ia juga menyampaikan bahwa LPTQ AMM Yogyakarta telah mengantongi Surat Keputusan resmi dari Kementerian Agama Republik Indonesia, yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan pelatihan dan pengembangan metode pembelajaran Al-Qur’an yang selama ini mereka kembangkan.
Salah satu metode yang menjadi andalan lembaga ini adalah metode Iqra’, sebuah pendekatan membaca Al-Qur’an yang telah digunakan jutaan umat Islam di Indonesia, yang digagas oleh tokoh Muhammadiyah sekaligus pendiri AMM, KH. As’ad Humam.
“Berkat perjuangan beliau, jutaan umat Islam kini bisa membaca Al-Qur’an dengan metode Iqra’. Kami hanya melanjutkan semangat beliau untuk menjadikan literasi Qur’ani sebagai budaya umat,” kata Ustadz Roihan.
Tak hanya berhenti di situ, inovasi terus dilakukan oleh LPTQ AMM, termasuk dengan mengembangkan tampilan buku Iqra’ agar lebih menarik bagi anak-anak. Lembaga ini juga menargetkan agar setiap peserta pelatihan mampu membaca Al-Qur’an dengan lancar dalam waktu satu tahun, bahkan anak-anak TK di lingkungan mereka sudah bisa membaca dengan baik.
“Kami ingin para guru ngaji memiliki kemampuan dan sertifikasi yang memadai. Dengan demikian, dakwah Al-Qur’an akan semakin berkembang dan berakar kuat di masyarakat,” pungkasnya.
Kegiatan ini menjadi penguatan semangat kolaboratif antara lembaga pendidikan dan lembaga dakwah dalam menyebarluaskan pendidikan Qur’ani yang sistematis, efektif, dan menyentuh generasi muda secara langsung.