Membangun Akhlaqul Karimah di UM Metro


Akhlakul Karimah adalah akhlak yang baik dan terpuji, yaitu norma yang mengatur hubungan antar sesama manusia, dengan Tuhan, dan alam semesta. Akhlak ini mencakup berbagai sifat, seperti ridha kepada Allah, cinta dan beriman kepada-Nya, beriman kepada malaikat, kitab Allah, Rasul Allah, hari kiamat, dan takdir Allah. Selain itu, akhlakul karimah meliputi ketaatan dalam beribadah, menepati janji, melaksanakan amanah, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, qana’ah (rela terhadap pemberian Allah), tawakkal (berserah diri), sabar, syukur, tawadhu’ (merendahkan diri), berbakti kepada kedua orang tua, dan segala perbuatan baik menurut pandangan Islam.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Secara istilah, akhlak adalah sesuatu yang melekat pada jiwa manusia sehingga menghasilkan perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran atau pertimbangan. Menurut Abuddin Nata, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan tanpa pemikiran, namun perbuatan tersebut telah mendarah daging dan melekat dalam jiwa, sehingga tidak memerlukan pertimbangan dan pemikiran saat melakukannya. Secara etimologis, akhlak berasal dari kata "Al-Huluq" yang berarti tabiat, budi pekerti, atau kebiasaan.

Dalam kehidupan beragama dan sosial, Akhlakul Karimah memegang peranan penting sebagai pedoman untuk berperilaku baik dan terpuji, baik dalam hubungannya dengan Allah melalui ibadah wajib dan sunah, maupun dalam hubungan dengan sesama manusia. Beberapa sifat yang termasuk dalam Akhlakul Karimah meliputi:

1. Husnudzhan hablumminallah wahablumminannas, yaitu menjaga hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia.
2. Qana’ah, yaitu menerima segala pemberian Allah SWT dengan rela.
3. Ikhlas, yaitu melakukan segala perbuatan baik hanya karena Allah SWT.
4. Sabar, yaitu menerima pemberian dari Allah baik berupa nikmat maupun cobaan dengan lapang dada.
5. Istiqomah, yaitu teguh dalam pendirian terhadap keyakinannya.
6. Tasammuh, yaitu memiliki sifat tenggang rasa, lapang dada, dan toleransi.
7. Ikhtiar, yaitu berusaha atau bekerja keras untuk mencapai tujuan.
8. Berdoa, yaitu memohon kepada Allah.

Selain itu, dalam QS. Al-Baqarah ayat 177 ditegaskan bahwa kebajikan tidak hanya sekadar menghadapkan wajah ke arah timur atau barat, tetapi mencakup iman kepada Allah, hari kemudian, malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, serta memberikan harta kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, dan orang yang meminta-minta; memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menepati janji, serta bersabar dalam kesempitan, penderitaan, dan peperangan. Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang benar dalam imannya dan bertakwa adalah mereka yang menjalankan semua perintah tersebut.

Misi Rasulullah salah satunya adalah untuk memperbaiki akhlak, tidak hanya untuk masyarakat jahiliyyah saat itu tetapi juga untuk menanamkan prinsip-prinsip akhlak yang bersumber dari Al-Quran untuk kemanusiaan. Kondisi masyarakat Arab saat itu yang penuh dengan kebatilan, kedzaliman, ketidakjujuran, dan anti-kemanusiaan perlu diperbaiki.

Dalam QS. Al-A’raf ayat 199, Allah memerintahkan untuk memaafkan orang yang bersalah, menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, serta berpaling dari orang-orang bodoh. Ayat ini secara singkat mencakup seluruh aspek Akhlakul Karimah, yaitu:

  1. خذ العفو (maafkanlah), yang memerintahkan kita untuk memaafkan orang yang bersalah, menyambung tali silaturrahmi, dan bersabar terhadap orang lain.
  2. وَأمُر بِٱلعُرفِ (suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf), yang mengandung perintah untuk menyeru kepada segala hal yang baik dalam syariat, baik berupa perkataan maupun perbuatan.
  3. وَأَعرِض عَنِ ٱلجَٰهِلِينَ (berpalinglah dari orang-orang yang bodoh), yang mengandung perintah untuk bersabar dan berpaling dari orang-orang bodoh serta memuliakan diri dengan tidak berdebat dengan mereka. 

Sikap diam terhadap orang bodoh seringkali lebih bijak daripada merespon mereka, karena dengan demikian kita menjaga kemuliaan diri dan tidak terperangkap dalam perdebatan yang tidak produktif.