Menata Hati Menyambut Bulan Muharram 1447 H

Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam, bahkan disebut sebagai Syahrullah atau “Bulan Allah”. Sebagai pembuka tahun baru Hijriyah, Muharram menjadi momentum bagi umat Muslim untuk menata hati dan memperbaharui niat dalam menjalani kehidupan. Allah ﷻ berfirman dalam QS. At-Taubah [9]:36,
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram..." Salah satunya adalah Muharram, yang menjadi waktu istimewa untuk memperbanyak amal kebaikan dan menjauhi perbuatan dosa.
Menata hati di awal tahun baru Hijriyah berarti mengawali perjalanan hidup dengan introspeksi diri. Muharram memberikan ruang bagi kita untuk mengevaluasi amal yang telah berlalu, sekaligus merancang langkah yang lebih baik ke depan. Dalam sejarah Islam, Muharram juga dikenal dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad ﷺ dari Makkah ke Madinah, yang menjadi tonggak kebangkitan peradaban Islam. Spirit hijrah inilah yang mengajarkan kita untuk berpindah dari keburukan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ketaatan.
Salah satu amalan yang sangat dianjurkan di bulan Muharram adalah puasa, khususnya pada hari ‘Asyura (10 Muharram) dan Tasu’a (9 Muharram). Rasulullah ﷺ bersabda, “Puasa pada hari ‘Asyura, aku berharap kepada Allah dapat menghapus dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim). Puasa ini bukan hanya sebagai ibadah lahiriah, tetapi juga sebagai sarana membersihkan hati dari sifat-sifat tercela, serta menumbuhkan kesadaran spiritual yang mendalam.
Selain puasa, Muharram juga menjadi waktu yang tepat untuk memperbanyak sedekah, mempererat silaturahmi, dan menghidupkan majelis ilmu. Menata hati tidak hanya dilakukan secara personal, tetapi juga melalui kontribusi terhadap lingkungan dan masyarakat. Dengan saling menguatkan dalam kebaikan, suasana spiritual Muharram akan terasa lebih bermakna, sesuai dengan pesan QS. Al-Maidah [5]:2,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَاۤىِٕدَ وَلَآ اٰۤمِّيْنَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًاۗ وَاِذَا حَ فَاصْطَادُوْاۗ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ اَنْ صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اَنْ تَعْتَدُوْۘا وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ لَلْتُمْ٢
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan."
Memasuki Muharram 1447 H, mari kita jadikan momen ini sebagai awal yang bersih untuk perjalanan hidup ke depan. Menata hati berarti membuang segala prasangka buruk, menghapus dendam, dan mengisi hati dengan cahaya keimanan. Dengan hati yang bersih, langkah kita menuju masa depan akan lebih ringan, doa lebih mudah terkabul, dan hidup lebih terarah menuju ridha Allah ﷻ. Muharram bukan sekadar awal tahun, tetapi awal perjalanan menuju kesempurnaan iman dan amal.