Metode Iqra’ Jadi Pilar Pendidikan Al-Qur’an: Pesan Penting bagi pengembangan AIK UM Metro


Kegiatan Academic Benchmarking Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah (UM) Metro di Gedung Dakwah AMM Yogyakarta semakin bermakna dengan hadirnya pemateri utama pelatihan metode Iqra’, Ustadz Iwan Susanto. Dalam sesi pelatihan yang dihadiri oleh dosen, mahasiswa, dan praktisi pendidikan Al-Qur’an, Ustadz Iwan menekankan pentingnya pemahaman mendalam terhadap proses pembelajaran membaca Al-Qur’an, khususnya melalui metode Iqra’.

Menurutnya, keberhasilan pembelajaran Iqra’ tidak hanya ditentukan dari jumlah halaman yang diselesaikan, tetapi ditentukan oleh kemampuan peserta didik dalam memahami dan melafalkan bacaan dengan tepat.

“Dalam mengajarkan Iqra’, jangan terpaku pada seberapa banyak halaman yang diselesaikan. Yang paling utama adalah kemampuan anak dalam melafalkan bacaan dengan benar,” tegasnya.

Ia juga menekankan bahwa seorang guru mengaji memiliki tiga tugas utama: memahami karakteristik peserta didik, menyesuaikan metode pembelajaran dengan tahap perkembangan anak, serta menjaga kualitas bacaan yang diajarkan.

Lebih lanjut, Ustadz Iwan menegaskan bahwa standar kenaikan tingkat dalam pembelajaran Al-Qur’an seharusnya tidak dilihat dari kecepatan membaca, melainkan dari ketepatan dalam pelafalan.

“Benar dalam membaca lebih penting daripada cepat. Walaupun bacanya masih lambat, selama benar, itu sudah cukup untuk naik ke tingkat selanjutnya,” ujarnya.

Materi yang disampaikan tidak hanya teknis, tetapi juga menyentuh aspek psikologis dan metodologis dalam proses mengajar. Ia mengajak para guru ngaji dan pengajar Al-Qur’an untuk lebih memahami perbedaan gaya belajar anak-anak, serta tidak tergesa-gesa dalam mengejar target hafalan atau penyelesaian jilid.

Sesi ini menjadi bekal berharga bagi para pendidik di lingkungan UM Metro dan mitra lembaganya. Dengan pelatihan yang sistematis dan berbasis pengalaman langsung dari trainer berpengalaman, para peserta diharapkan dapat menjadi pelatih dan pengajar Al-Qur’an yang profesional dan peka terhadap perkembangan peserta didik.

“Mengajarkan Al-Qur’an adalah amanah besar. Maka, mari kita ajarkan dengan hati, metode yang benar, dan kesabaran,” tutup Ustadz Iwan dengan penuh semangat.