Nalar Profetik: Menemukan Jalan Kembali Kepada Alloh Swt


Seseorang yang mampu taat dengan benar dan lurus adalah orang yang mampu menggunakan nalar berpikir profetiknya. Nalar berpikir profetik ini merujuk pada kemampuan untuk memahami dan menginternalisasi nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang disampaikan oleh para nabi dan rasul. Dalam Islam, nalar profetik ini sangat penting karena merupakan dasar untuk membangun kehidupan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip ketauhidan, keadilan, dan ketaqwaan. 

Nalar psikologis yang dibangun dalam Al-Qur'an di antaranya adalah nalar berpikir dan memahami terkait dengan ketauhidan. Ketauhidan, atau keyakinan akan keesaan Allah SWT, adalah fondasi utama dalam ajaran Islam. Melalui nalar profetik, seseorang dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang ketauhidan, sehingga mampu menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan kehadiran dan kekuasaan Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan.

Ketika manusia melihat kebenaran tapi tertutupi dengan kepentingannya, maka ia termasuk mengalami persoalan dalam nalar berpikirnya atau sedang dalam penyimpangan. Penyimpangan ini seringkali terjadi ketika seseorang lebih mengutamakan hawa nafsu atau kepentingan pribadi di atas kebenaran dan keadilan. Jika demikian, maka pertaubatan harus dilakukan, yaitu memohon ampun kepada Allah SWT. Taubat adalah langkah pertama untuk memperbaiki diri dan kembali ke jalan yang benar. Dalam Islam, taubat tidak hanya sekadar pengakuan dosa, tetapi juga mencakup tekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan melakukan perbaikan diri.

Sebagai bagian dari upaya agar bertindak lurus dan taqwa, penggunaan nalar yang pertama adalah dengan sering mengingat dan mengakui bahwa setiap manusia memiliki kesalahan. Kesadaran akan kesalahan ini harus selalu diingat, karena hanya dengan demikian seseorang dapat terus memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kesalahan adalah bagian dari sifat manusia yang tidak sempurna, namun yang terpenting adalah bagaimana seseorang berusaha untuk memperbaiki diri dan belajar dari kesalahan tersebut.

Nalar yang pertama adalah selalu memohon ampun kepada Allah SWT atas segala urusan yang dilakukan adalah kunci untuk menjaga hati tetap bersih dan pikiran tetap jernih. Sebagaimana Nabi dan Rasul selalu memohon ampun, kita juga harus meneladani mereka dengan selalu bertaubat dan memohon ampun atas dosa-dosa yang telah kita lakukan. Dalam berbagai kesempatan, Nabi Muhammad SAW selalu mengajarkan pentingnya memohon ampun kepada Allah dan berusaha untuk selalu berada dalam keadaan suci dari dosa.

Nalar yang kedua adalah jangan pernah merendahkan dan meremehkan dosa orang lain. Setiap orang memiliki perjuangan dan ujian masing-masing dalam hidupnya, dan kita tidak pernah tahu betapa beratnya ujian yang dihadapi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita harus bersikap bijaksana dalam menyikapi kesalahan orang lain. Sikapi dengan memberi nasihat, tebar kasih sayang, dan kebaikan serta tutup aibnya. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat." Ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga kehormatan dan harga diri orang lain, serta membantu mereka untuk kembali ke jalan yang benar dengan penuh kasih sayang.

Agar menjadi dekat dengan Allah adalah dengan sering menggunakan nalar profetik. Nalar profetik mengajarkan kita untuk selalu mengakui kesalahan dan dosa diri sekecil apapun, selalu memohon ampun kepada Allah SWT atas segala salah dan dosa yang telah dilakukan. Dengan nalar profetik, seseorang dapat mengembangkan sikap rendah hati dan kesadaran akan pentingnya selalu memperbaiki diri. Nalar profetik juga mengajarkan kita untuk selalu bersikap adil dan bijaksana dalam menyikapi segala sesuatu, sehingga kita bisa menjadi hamba yang lebih taat dan lebih dekat kepada Allah SWT.